SAYANG TERAKHIR (part 5)



Langkahku membawa ke depan sungai. Indah, sejuk, airnya jernih. Bagian dari sungai terlihat jelas. Bebatuannya bersih dari lumut. Pertama kalinya aku melihat keadaan sesempurna ini. Aku asik mencepratkan air sendirian. Membasahi tubuh dengan kesegaran air sungai yang langsung mengalir dari gunung. Ku taruh transformersku di atas batu yang berbidang datar. Lumayan jauh dari tempat ku berdiri. Takut terkena air dan rusak. Ketawa ketiwi tanpa melihat pergerakan arus yang semakin lama semakin meluncur cepat.

“tolong.. tolong..” teriakku kencang. Aku terbawa arus sungai yang terus mengalir kencang. Tak ada yang mendengar. Berpegangan ke batu tak mampu membuatku berhenti. Batu terlalu licin. Berkali-kali mencoba meraih batu dari yang terkecil hingga terbesar. Tanganku terus menghantam batu hingga tak kurasakan otot di tanganku. Terpasrah dalam keadaan pada akhirnya. Entah aku masih mampu bernafas atau tidak. Ku relakan semuanya. Untuk terakhir ku pandangi transformerku yang terduduk tegak di batu datar.

“maafin aku.. amigos..” tak mampu aku meninggalkan amigos sendiri.


1 jam berlalu. Kak ali datang ke sungai untuk memandikan kudanya. Sepi keadaan hanya dia dan kuda hitamnya. Ia melihat sekeliling sungai dengan cermat, menikmati keindahan sungai. Ia terfokus pada benda di atas batu. Ia tarik si itam (nama kudanya). Melihat benda apa yang ia lihat. Itulah amigos transformerku.

“devan.. devan…” teriak kak ali mencari diriku. Ia terlihat khawatir bukan main. Fikir buruknya melintas seketika. Ia ikuti arus sungai. Dan terus berteriak memanggil namaku.

“kemana dirimu ade?” ka kali lelah mencari diriku. Aku tersangkut di antara 2 batu besar. Aku mendengar teriakkan kak ali. aku mencoba menjawab. “kak.. kak..” pelan suaraku. Kak ali tak mendengarnya. Ku angkat tangan kiriku. Melambai walau tak mampu dalam detik lama.


“devan..” kak ali melihat lambaian tanganku. Ia berlari menuju diriku. Menggendong diriku menuju puskesmas desa puncak. Ibu bidan yang menangani diriku. Runtuh rasanya diriku. Tak tau apa yang harus aku lakukan. Otot-ototku terasa membeku dan sulit untuk ku menggerakannya. Tubuhku sakit, ingin ku berteriak namun tak mampu. Aku hanya mampu menangis. Dan terbata-bata meminta kak ali memberikan kertas di bawah bantal kamarku. Dan kotak di dalam lemari pakaianku.


“tolong berikan kertas dan kotak pada keluargaku. Aku mohon kak. Aku titip amigos. Aku yakin ia akan bahagia tinggal bersama kakak. Terima kasih atas kasih sayang kakak. I love u. aku sayang kakak” ucapku terbata sambil menahan rasa sakit.


“jangan katakan itu. Kamu harus bertahan. Kakak akan berikan pelayanan terbaik untuk kamu” kak ali membantu bidan menanganiku. Lumuran darah dan tubuhku yang mulai membeku dingin membuat khawatir bidan dan kak ali.


“aku tak mampu bertahan kakak. Tubuhku sakit. Nafasku tersendak. Tania sudah menungguku di sana kak” tangan kiriku mengenggam tangan kak ali


“tidak.. tidak.. kamu harus kuat. Kamu bisa. Ingat kamu takkan meninggalkan kakak ataupun amigos sekalipun. Dengar itu”


“AKU SAYANG KAKAK” dan nafasku terhenti detik itu juga. Aku berpindah pada dunia terakhirku. Bersama Tania. Meninggalkan amigos, kak ali dan keluarga tersayangku. Dan tak mampu untukku memeluk mereka semua bahkan tanganku tak dapat menyentuh tubuhku sendiri. Jiwaku benar-benar telah meninggalkan raga yang terbaring lemah dan hilang dari kerintihan.


Tania menggenggam tangan kiriku. Kini aku bisa melihat wujud Tania seutuhnya. Ia seorang gadis yang amat cantik dan manis. Aku seperti baru terlahir. Kesakitan detik detik lalu kini tak kurasakan lagi. Ragaku telah membeku dan menjadi jasad. Aku hanya dapat melihat kak ali menangis memeluk jasadku.


Ia tak relakan tubuhku di tutupi kain putih. Ia tak mampu mengikhlaskan diriku. Dengan emosi ia datang ke vila. Tanpa salam dan masuk ke dalam kamarku yang ku kunci sebelum ku pergi. Keluargaku kaget bukan main akan kedatangan ali yang terlihat aneh. Ia mendobrak pintu kamarku. Mengambil kertas dan kotak dan memberikan semua itu pada keluargaku.


“ini titipan devan. Kalian bisa buka sekarang” tegas kak ali. Keluargaku duduk di ruang tamu. Mama membuka kertas yang di peruntukkan untuk beliau.

saat mentari pagi
Ku lukiskan wajahmu dalam hatiku
Dengan harap kecilku untuk dapat memeluk dirimu
Mencium dirimu
Melihat senyuman manis darimu
Namun ku sadar kau tak mampu untuk lakukan itu
Perihal hadiah dalam kehidupan ini
Tak sulit untukku lantunkan inginku
Aku ingin kasih sayang darimu
Senyuman dari bibir merahmu yang selalu kau manjakan dengan puluhan jenis lipstick mahal
Lambaian tangan hangat halusmu yang hinggap di kepalaku
Aku ingin kau menyadari jika aku adalah anakmu
Bukan makhluk yang terlahir hanya untuk pajangan hidup dengan luapan emosi darimu
Aku inginkan hidupku selayaknya anak kecil di kalangan temanku
Aku tak butuh materil, mama
Aku hanya butuh immaterial darimu


Cukup untuk mewarnai kehidupanku
Namun semua ini hanyalah mimpi
Mimpi yang tak pernah dapat terwujud dalam hidupku
Dan mungkin terwujud kala aku telah menghembuskan nafas terakhirku


Download Sayang Terakhir Full Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar