SAYANG TERAKHIR (part 3)





Tanpa tau arah. Aku jalan mengikuti jalur jalanan tak beraspal. Tak ada di pandanganku keluargaku. Hanya ibu-ibu yang asik memetik teh dengan cermat dan gigihnya. Tak ada kebun strawberi. Terus berjalan. Kurang lebih 3 jam perjalananku hingga akhirnya aku menemukan kebun strawberi. Sepi tak ada keluargaku. Ku dekati seorang bapak yang asik melihat strawberi.“bapak lihat keluarga saya?. 1 bapak 1 ibu dan 2 gadis dewasa. Tingginya segini?” ucapku menjinjitkan kaki menyerupai tinggi kedua kakaku dan meninggikan tangan.

“jangan panggil aku bapak. Panggil aku ali. Dari siang saya di sini. Tidak ada yang berkunjung. Baru ade yang ke sini”
“haahh.., tapi kak. Kata pak muhis tukang kebun vila. Keluarga saya kesini. Masa iya kakak gak kedatangan tamu. Saya dan keluarga saya baru sampai di puncak tadi siang”
“tidak. Ade salah mungkin. Saya belum kedatangan pengunjung. Dan kebetulan tempat ini belum saya persilahkan untuk orang memasukinya. Mungkin lusa baru di buka”
“atau ada kebun strawberi lain di sini?”
“tidak. Saya satu-satunya pemilk kebun ini. Dan di sekeliling puncak ini hanya ada kebun teh tidak lebih. Sudah sore. Sana ade pulang. Nanti di cariin” pesan kak kali pemilik kebun.
Aku masih bingung kemana keluargaku pergi. Hingga tak ada jejang yang tercium. Aku melangkah pulang. Ku ingat-ingat kembali arah yang telah ku lewati. Sayangnya aku malah tersasar di antara ribuan daun teh. Harus kemana langkahku. Aku terbingung sendiri. Mencari-cari siapapun tak ada. Hari menjelang malam. Pemetik teh ku yakinin sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.
“GGEERR GUURRR GGRUUURR” suara petir menjelang datangnya hujan. Membuatku takut sendiri. Berteduh di manapun aku sulit untuk keluar dari kebun teh. Lari, lari, lari tak ada ujung dari kebun ini. Berteduh di bawah pohon sendiri. Melindungi transformers kesayanganku di bawah baju.
“ayah, ibu, kaka tiara, kak alesia. Dimanakah kalian?. aku kedinginan. Di sini hujan. Jemput aku di sini. Aku tersesat” ucap dalam hatiku. Menggigil rasanya tubuh ini. Sudah 30 menit hujan tak kunjung henti menjatuhkan airnya. Aku hanya berharap akan datang pertolongan. Atau keluargaku mendengar ucapanku tadi.
10 menit menunggu. Seseorang dengan delmannya membawaku ke rumahnya. Ku sebutkan vilaku. Tak mampu untuk dirinya mengetahui jelas keberadaan letak vila yang ku tempati. Kalanya ada puluhan vila di sini dengan tata letak yang sedemikian miripnya. Salahnya diriku tak menghafalkan nomor vila ke berapa yang ku tempati.
Segelas teh hangat membantu diriku untuk terhindar dari kedinginan. Seorang itu adalah kak ali yang tadi ku temui di kebun teh. kak ali tinggal sendiri. Ia belum memiliki anak atau istri. He is single man. Usianya masih cukup muda. Baru menginjak 20 tahun. Namun ia sudah memiliki vila, dan kebun strawberi sendiri.
“besok kakak akan ajak kamu berkeliling puncak. Mungkin 1 dari puluhan vila dapat kamu temukan keluargamu. Ini ganti pakaianmu” kak ali memberikan pakaian dari lemarinya. Lumayan besar jika di gunakan diriku. Tapi tak apa itu membuatku lebih nyaman ketimbang aku harus menunggu pagi untuk berganti pakaian.
Malam ini aku tidak pulang. Aku tidur di kamar dengan kak kali. Aku merasakan kasih sayang dari dirinya. Ia memperlakukan diriku lebih dari perlakuan keluargaku sendiri. Ia memasak untuk diriku dengan menu pilihanku. Ia menemaniku menonton transformers yang kebetulan adalah film favoritnya. Main playstation berdua.
“besok kakak tidak usah antarkan aku pulang. Aku ingin tingal bersama kakak saja” ucapku sambil menekan stik game dan focus pada game di tv.
“kenapa?. Nanti keluargamu mencemaskan dirimu” kak ali datang dengan 2 gelas susu coklat.
“tidak akan. Mereka akan lebih nyaman tanpa diriku” ucapanku santai sambil meminum susu coklat buatan kak ali.
“tidak. Mereka pasti mencemaskan dirimu. Saat ini pun mereka pasti takut akan keadaan dirimu”
“ucapan belaka. Untuk apa aku berada di sisi mereka tanpa mereka perhatikan atau lihat sedikitpun. Aku gak mau jadi pajangan berdebu dengan lemparan emosi dari mereka. Aku mau tinggal di sini saja bersama kakak. Bahkan perlakuan kakak melebihi kak alesia dan kak tiara. Aku betah tinggal bersamamu”
“ade dengar. Itu semua hanya perasaanmu saja. Kakak yakin mereka semua sayang sama kamu. Hanya saja sikap yang mereka tunjukkan tidak seperti yang kakak tunjukkan”
“terserah. Yang pasti aku akan tetap stay di sini” aku pergi kekamar dan tidur. Tak ingin melanjutkan pembicaraan yang tak usai. Aku kesal dengan kak ali yang tak percaya akan ucapanku. Dia hanya menganggap perasaan buruk saja.


Download Sayang Terakhir Full Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar