Ada setiap harapan dan kenyataan, 2 hal mutlak yang tidak bisa di satukan tanpa ada perjuangan. Aku bahagia, sangat bahagia sejak tanda ACC itu aku dapatin. Surat rekomendasi pengajuan sidang sudah turun. Setengah harapan untuk lulus tepat waktu terlihat didepan mata. Gak perlu cerita soal susahnya deh, soalnya ribet. Dilema itu pasti semua orang rasain.
@2016izalizul
Ini pria kedua setelah bapak yang menemani masa masa skripsi. Dia yang jadi tempat ngeluh, emosi, marah, tawa, canda. Dia yg selalu bikin suasana nyaman. Tipe pendiam dan tidak romantis, seringnya kita bertengkar. Tapi dari sisi lain yg dia punya aku banyak belajar arti kesabaran dan rasa sayang.
Cita cita kami saat itu hanya ingin sidang dan wisuda bareng. Biar foto toganya lengkap. Kala itu mulus dibulan pertama dari 3 bulan perjanjian bimbingan. Lalu masuk di bulan kedua dimana kendala bimbingan mulai bermunculan, dilema, sedih, rasanya ingin sudahi tapi rasa penasaran gk mau berhenti begitu saja.
"Kita jadi wisuda bareng kan?"
Aku rasa itu adalah waktu dimana kita dibuat tidak yakin untuk berjuang.
"Kita bisa, kita cuma butuh tenang. Istirahat yah nanti kita lanjut"
Kamu selalu menjadi tempat yang pas untuk menaikan kepala yang sudah hampir runtuh karena tidak yakin akan usaha.
Bulan ketiga bulan eksekusi apa yang jadi keyakinan kita. Aku dapat sedikit pencerahan untuk percaya cita cita kita lebih dekat dari sebuah harapan palsu. Itu sebelum kamu mulai ucapkan kalimat runtuh dan hampir menyerah.
"Kita gk wisuda bareng gpp yah"
Aku fikir ini selesai dengan mudah. Aku sudah genggam surat sidang pertama. Jangan tanya apa apa soal perasaanku. Sebab aku lupa caranya bertanya. Aku cuma bisa melihat matanya.
"Kita bisa, ambil perpanjangan, aku temani"
"Aku gk yakin, masih jauh dari rencanaku"
"Aku sudah hampir finish, kita bisa finish bareng, ayo sama sama, aku gk mau sendirian"
Kali pertama aku melihat kamu lelah dan putus asa. Kita tetap berdua, aku selalu yakin sama apa yg kamu bilang "tenang" dan "kita bisa" . Aku selalu percaya. Kamu yang meyakinkan aku untuk bertahan sedikit lagi, dimana aku tidak tau kesulitanmu. Sebab selalu kamu bilang "skripsiku aman". Yang ternyata hanya ingin aku lebih tenang.
Demi apa ternyata semua terbalik. Dan jangan tanya seberapa aku kaget mendengarnya. Sampai perpanjangan itu hampir usai. Kita setia untuk saling menemani.
Jangan tanya apa perasaanku. Karena aku tidak bisa mengungkpkannya. Diberikan keluarga yg sangat istimewa, lalu di hadirkan kamu yg menemaniku saat jauh dari keluarga. Saat dimana aku berjalan sendirian. Selanjutnya aku temani kamu di sidang bulan depan.
Persiapan demi persiapan, aku tau pasti kamu lelah. Bola matamu mulai redup. Tapi kamu selalu bilang "aku baik baik saja".
Gk ngerti lagi apa yang dia fikirin, padahal aku panik dan serius sekali mennggapi setiap tingkah mereka yang mempermainkan jadwal. Tapi kamu selalu sabar. Sampai titik pertama kalinya aku melihatmu marah dan benar benar menyerah. Aku tarik tanganmu.
"Aku temani didalam. Aku yakin kamu bisa"
Langkah perlangkah kita jalanin. Sampe kita lupa sudah makan atau belum dan suka kaget sendiri tiba tiba sudah maghrib. Padahal datang ke kampus dari matahari belum muncul. Selesai semua tentang materi skripsi, lalu dapat jadwal skripsi, jadwal pagi berubah jadi siang. Aku cuma berharap kapanpun itu kamu di berikelancaran. Aku gk berhenti berdoa semoga kamu diberi kesiapan yg sangat matang.
Kamu bilang aku lama di ruang sidang. Tapi nyatanya kamu lebih lama, dan sempat keluar ruangan menuju akademik dengan langkah cepat. Aku panik demiapapun aku panik sekali. Aku tanya, kamu tidak menjawab. Aku lihat wajahmu seperti sedang memanas. Sampai kamu keluar ruangan, aku lihat wajahmu memerah seperti habis bertengkar.
"Ada apa?. Ada masalah?. Kamu tenang, sini cerita"
"Aku panik, aku rasa tidak baik"
Satu harapanku, beri hasil yang terbaik untuk laki laki di sampingku ini Ya Allah. Kita sambil cerita kembali apa yang kami lewatin. Ada kamu ada aku. Berat memang tapi alhamdulillah Allah kasih kita waktu untuk berteman lebih baik. Sampai surat kelulusan keluar dan semua pecah. Sama sama gak bisa menahan rasa haru. Terima kasih Ya Allah.
Kamu tau anak kecil yg bahagia dibeliin balon. Itulah perasaanku saat itu. Aku sangat bahagia. Bertemu denganmu, lulus tepat waktu lalu wisuda bareng. Aku sangat bersyukur sebab impianku yg dulu sirna lalu diberi kesabaran untuk menghadapi matakuliah yang aku sendiri berkata "ini bukan aku". Mulai menikmati masa masa kuliah walau hati masih belum terima. Sampai akhirnya belajar untuk menerima, berjuang dan mulai di perkenalkan dengan mu. Dari jalan Allah yang indah setelah rasa ikhlas menjalani hidup baru. Allah hadirkan kamu untuk menemani masa masa dimana lebih banyak rasa ingin menyerah. Terima kasih Ya Allah. Terima kasih untuk kamu yang hadir diwaktu yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar