"IBU" Sahabat Teristimewa





Yang kau tau tentang ibu itu seperti apa?
  • Yang melahirkan, membesarkan kamu seperti yang tertulis dalam lirik lagu salah satu lagu khasidah ?
  • Yang kamu cinta, yang selalu ada dalam duniamu ?
  • Sedih ketika kau sakit, bahagia ketika kau senang ?
  • Menangis ketika kau terpuruk ?

Lalu apa yang sudah kau berikan untuk ibu?
Jangan tanya soal pemberian. Hal kecil dari itu saja seperti, Berapa persen rasa sayangmu pada beliau?
Pasti kau berkata "aku sangat menyayanginya". Ku tanya berapa persen rasa sayang itu. Kau pasti akan menjawab "99,99%".   0,01 perasaan tidak sayang pada beliau.
Apa alasanmu?.
Kau pasti menjawab. "Aku tidak tau" .
Mengapa bisa tidak tau?.
Jawabanmu "karena aku memang tidak tau"


Pernahkah kau berfikir. Semua tak lebih dari sekedar ucapan, Karena kau gengsi atas kenyataan ketika kamu berjanji untuk menyayangi ibu. Janji itu tak hanya menjadi sarang kedustaan melainkan akan menjadi debu yang berhembus membawamu ke dalam pesakitan.


Bisakah kau merasakan seperti apa mood ibu setiap saat, ow jangan, jangankan setiap saat setiap haripun tak jarang kau melalaikan perasaanmu untuk memahami mood beliau. 
Pernahkah ia memasang wajah kekesalan atas tingkahmu yang ceroboh yang membuat ia menangis?. Pernahkah ia melampiaskan kekecewaan atas apa yang ia targetkan untukmu namun kau belum mampu meraihnya ?. Pernahkah ia membalas dengan ucapan "Sia-sia ibu berikan yang terbaik untukmu tapi kau tak mampu ....". Pernahkah ia menangisi kegagalan yang kau tangisi di hadapannya?. Dengarlah apa yang ia ucapkan ketika kau mengalami kegagalan. 




"Kesempatanmu masih banyak. Perjuanganmu sudah maximal. Hari ini kau kalah, lain hari kau akan mampu bahagia atas kemenanganmu".


Motivasi apa yang kurang ia berikan. Bukankah ia sangat terbaik dibanding kau berkeluh pada teman atau sahabatmu. Bukankah mereka (sahabatmu) hanya mampu memberimu sedikit motivasi tanpa ada hasil banyak dari motivasi itu.Terlebih kau tak pernah mendengar apa yang mereka bicarakan di belakangmu. Ketika kau menangis bukankah sahabatmu hanya mampu mempersilahkanmu menangis?. jika kau menangis di hadapan ibu. Kau tak hanya di persilahkan untuk menangis, kau akan mendapat elusan semangat darinya. Belum lagi ia akan lebih cepat berfikir membongkar masalah yang sedang kau hadapi sebelum kau menerka langkah apa yang akan kau ambil.

Bukankah jam tidur ibu lebih minim darimu?.
Ia lebih lambat untuk tidur. Ia menunggumu hingga kau mampu meraih alam bawah sadarmu dan bermimpi. Melihat keadaanmu, raut wajahmu. Ia yang menatapmu tidur menerka mood yang kamu rasakan setelah kau berhenti beraktifitas. Dan ia lebih cepat bangun. Jauh sebelum kau terbisik atas percikan air saat ibu memutar kran untuk bersujud kala takbir di waktu senja. 

Cukup rumit bahkan lebih rumit aktifitas yang ia lakukan. Bergerak pada banyak kegiatan dan masih terhimpit waktu. Menyapu, Mengepel, sambil memasak. Belum lagi jika pakainmu tertumpuk tinggi di atas pencuci kain. Berputaslah mesin itu. Duduk, berdiri, merunduk, dan kembali tegak. Seperti senam setiap gerakan yang ia lakukan. Ia tak ingin ketika kau terbangun tak sesendokpun kau melihat sarapan di atas meja. Ia juga tak ingin ketika kau merasa terlambat beraktifitas lalu kau berkata "Aku sarapan di luar". Jika kau mampu merasakannya. Setelah kau menginjakkan kaki keluar rumah. Hatinya menangis, kekecewaan yang amat mendalam. Bahkan ia menangisi semua itu di dalam toilet agar tak seorangpun melihat ia mengalirkan air mata kesakitan yang kau buat. Dengar apa yang ia bicarakan.


"Aku belum mampu menjadi ibu yang baik"


Ia hapus semua jejak tangisnya dengan membasih muka. Seakaan mata merah atas tangisan terlihat seperti terlalu banyak merendam mata pada air. 

Sebenarnya banyak alasan yang membuatnya berdusta pada ucapannya sendiri. 
Ketika ia terlambat pada aktifitasnya sendiri. Dan saat itu banyak orang yang mencemoohnya. Ia hanya berkata "Maaf, tidak akan kuulangi". Setiap hari ia semakin mengurangi jam tidurnya, setiap hari pula ia terlambat beraktifitas dan medapat lebih banyak cemooh karena membujukmu untuk menjadi seorang pertama yang memakan sarapan pagi pada masakan pertamanya dalam hari itu. ia tak menginginkan kamu menyentuh makanan luar yang entah bagaimana kadar kesehatannya. Tapi apa yang sering kau lakukan.

"Aku sarapan di luar"
"Aku tidak lapar"
"Aku puasa"

Semua terucap setelah kau melihat masakan yang ia buat dan ta satupun ada yang menarik minatmu untuk mengkonsumsinya. Padahal mereka (hasil dari masakan ibu) tak sedikitpun mengurangi kelebihanmu. Tak membuatmu terjauhi dari dunia kebebasan remajamu. Tak mengotori otakmu yang sudah di setting sedemikian rupa oleh beliau. Dengan hati berharap kau menjadi seperti apa yang ia harapkan, bersama makanan itu ia ingin kau beranjak menjadi seseorang yang selalu terbaik dalam hatinya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar